Minggu, 11 Desember 2011

“TANTANGAN ANAK BERBAKAT”


A.    Pengertian Anak Berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi menonjol karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul (Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan Luar Biasa, 1980). Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan yang berbeda dengan pelayanan pendidikan di sekolah biasa agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terhadap masyarakat dan terhadap diri mereka sendiri. Kemampuan-kemampuan itu meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan-kemampuan akademik khusus, kemampuan berfikir kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor (Martinso, 1991). Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
Jadi, keberbakatan itu bersifat multi-dimensional dan anak berbakat itu secara potensial dan sudah nyata memiliki kemampuan-kemampuan unggul dalam beberapa bidang yang diketahui melalui proses identifikasi anak berbakat.
B.     Karakteristik Anak Berbakat
Karakteristik anak berbakat yang tidak hanya ditinjau dari keberbakatan akademik, tetapi ditinjau pula dalam keberbakatan sosial dan emosional, serta keberbakatan fisik yang meliputi penampilan dan pemeliharaan kesehatan. Dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)      Karakteristik Akademik
Menurut Zaenal Alimin (1996), mengidentifikasikan karakteristik keberbakatan akademik adalah yang memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar, kerajinan membaca, menikmati sekolah dan belajar.
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986), bahwa seorang anak berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal embaca sama dengan anak normal usia 14 tahun dan berhitung sama dengan usia 11 tahun. Anak ini memiliki keberbakatan dalam membaca.
2)      Karakteristik Sosial
Menurut Kirk (1986), anak yang berbakat dalam hal sosial dan emosi, adalah seorang anak yang berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik, membantu temannya yang kurang mampu, dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu :
-          Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa
-          Keterlibatan mereaka dalam kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif
-          Kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya
-          Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur
-          Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa
-          Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi
-          Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa
-          Mampu merangsang prilaku produktif bagi orang lain
-          Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan kecerdasan dan humor


3)      Karakteristik Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, menurut Samuel A. Kirk (1986) anak berbakat mempelihatkan, sebagai berikut :
-          Memiliki penampilan yang menarik dan rapi
-          Kesehatannya berada lebih baik atau diatas rata-rata
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat berusia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan sama dengan usianya, yang menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.
C.     Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat
Keanekaragaman yang kita temui diantara anak-anak termasuk anak berbakat mencerminkan jenis dan jumlah adaptasi yang perlu diadakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka. Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari dua kepentingan berikut :
1)      Kebutuhan Pendidikan Dari Segi Anak Berbakat Itu Sendiri
Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika dibandingkan dengan anak biasa, maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-hal berikut ini :
a.       Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisiensi. Mereka tetap membutuhkan pengembangan fungsi otaknya walaupun telah memiliki otak yang hebat. Apalagi penggunaan kapasitas otak itu hanya 5% dari fungsi keseluruhannya (Conny Semiawan, 1995). Melalui pendidikan terjadi interaksi antara potensi bawaan individu dengan lingkungannya.
b.      Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak menjadi manusia yang memiliki supeioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang mempunyai tingkat penyesuaian yang tinggi pula.
c.       Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya pada aspek kecerdasan saja.
Dengan memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat tidak hanya menjadi insan yang superior karena gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi manusia harmonis dalam bergaul. Anak berbakat adalah juga individu yang utuh yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain.
2)      Kebutuhan Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat
Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah merugikan jika potensi yang dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga dapat berguna dalam pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak berbakat membutuhkan dukungan dari masyarakat, anatara lain sebagai berikut :
a.       Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap pengembangan potensi anak berbakat. Apabila kepedulian ini kurang atau tidak ada maka potensi anak tersebut menjadi mubazir, maksudnya anak berada di bawah potensi kemampuannya. Kepedulian ini digambarka oleh Moh. Amin (1996) dengan mengatakan bahwa sejak dahulu plato telah menyerukan agar anak-anak berbakat dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan akan menjadi pemimpin dalam segala bidang.
b.      Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia berbakat. Usaha pengembangan sumber daya manusia berbakat merupakan pengakomodasian serta pengembangan aset bangsa karena anak berbakat ini dapat menjadi penopang dan pendorong kemajuan bangsa karena potensi yang dimilikinya berkembang secara optimal.
c.       Anak berbakat membutuhkan keserasian antara kemampuannya dengan pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan perlu mewujudkan lingkungan yang kaya pengalaman sehingga dapat memenuhi perkembangan anak berbakat. Anak-anak berbakat memiliki perpektif masa depan yang jauh berbeda dengan orang lain.
d.      Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata (real) melalui latihan yang sesuai dengan keberbakatan anak berbakat itu sendiri.
D.    Pelayanan Pendidikan Untuk Anak Berbakat
Kemampuan dasar atau bakat yang luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian perangsangan (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang ada, yang dimiliki, menjadi aktual, berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat yang luar biasa yang sebenarnya mempunyai potensi untuk bisa diperkembangkan menjadi tidak berfungsi.
Tanpa pendidikan khusus yang meliputi pengasuhan yang baik, pembinaan yang terencana dan perangsangan yang tepat, mustahil seorang anak akan bisa begitu saja mengembangkan bakat-bakatnya yang baik dan mencapai prestasi yang luar biasa. Tanpa pendidikan khusus, bakat-bakat yang dimiliki akan terpendam (latent) atau hanya muncul begitu saja dan tidak berfungsi optimal.
Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan dalam tiga bentuk:
·         “Pemerkayaan” yaitu pembinaan bakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman kepada anak berbakat setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak pada umumnya (independent study, projects, dan sebagainya).
·         “Percepatan” yaitu cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan anak naik kelas secara melompat, atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission, advanced placement, advanced courses.
·         “Pengelompokan Khusus” dilakukan secara penuh atau sebagian, yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.
Selain bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang lebih bersifat informal misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau lembaga-lembaga penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan.


E.     Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak
Kebanyakan, orang tua cenderung menuntut terlalu banyak dari anak berbakat dengan maksud mengembangkan bakat-bakatnya semaksimal mungkin. Padahal, anak berbakat pun memerlukan waktu untuk bermain-main, untuk bergaul dengan anak-anak lain, untuk membaca buku-buku biasa dan tidak semata-mata buku pelajaran. Ada sementara orang tua yang karena dulu cita-citanya tidak terkabul berhasrat agar anak merekalah yang dapat meneruskan cita-cita orang tuanya, tanpa memperhatikan bagaimana minat dan kebutuhan anak tersebut.
Di lain pihak ada orang tua yang justru khawatir terhadap suatu perkembangan keterbakatan anak akan membawanya justru pada suatu kehidupan yang tidak wajar. Oleh karena itu, mereka tidak menginginkan pertumbuhan intelektual yang terlalu cepat. Banyak pula guru yang mempunyai kekhawatiran yang sama. Akibatnya mereka dengan sengaja tidak memberikan perhatian khusus kepadanya di sekolah, tidak memberikan kesempatan untuk maju sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang unggul. Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang dapat memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
Pertama-tama perlu diingat bahwa anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya. Jangan pula suka membandingkan anak berbakat Anda dengan anak tetangga. Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu. Jika anak berbakat ingin mendalami salah satu bidang yang diamati, berilah kesempatan, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
F.      Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama. Pada waktu-waktu tertentu di luar jam sekolah siswa dapat diterima oleh tokoh-tokoh ini untuk berdiskusi dan bersama-sama melakukan suatu kegiatan.
Penyiapan guru untuk anak berbakat juga berperan penting. Kualifikasi guru untuk anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kualifikasi profesi, kualifikasi kepribadian, dan kualifikasi hubungan sosial
Semua usaha yang dilakukan itu tidak akan sia-sia, karena bukanlah “Kejayaan suatu bangsa dan negara bergantung dari bagaimana masyarakatnya menghargai dan memanfaatkan sumber daya manusianya berupa potensi unggul untuk menghadapi masalah-masalah hari esok”. (S.C.U. Munandar, 1983).

 KESIMPULAN
Setiap anak didik mempunyai bakat yang berbeda-beda. Setiap guru pasti akan merasakan tentang perbedaan mereka. Di benak kita pasti akan terlintas pertanyaan “apa sich sebenarnya bakat itu?” Bagi pendidik / guru, pertanyaan-pertanyaan ini sangatlah penting. “Bakat” (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
Faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud, antara lain :
·         Keadaan lingkungan seseorang, seperti kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, di daerah perkotaan atau di pedesaan, dan sebagainya.
·         Keadaan dari diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul. Untuk mendukung prestasi seseorang itu juga ditentukan oleh tingkat kecerdasannya (intelegensi). Sedangkan kecerdasan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang, terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak terhadap kecerdasan seseorang)


DAFTAR PUSTAKA

Djaafar, Hj. Tengku Zahara. (2001). Arah Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Wardani, dkk. (2007). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka
S.C.U. Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992.
Http://makalah-ibnu.blogspot.com/2008/10/guru-dan-anak-kreatif-ataupun-anak.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar