Sabtu, 09 Juni 2012

PTK



PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PENDEKATAN  KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS III
SDN TEGAL ALUR 02 PAGI KECAMATAN KALIDERES

Disusun Oleh :
INDAH PURNAMASARI
0901045202

PROGRAM STUDY PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PROF.DR. HAMKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan menentukan dalam meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu dan harus mendapatkan perhatian dan prioritas utama oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya serta pengelola pendidikan pada khususnya.
Proses pendidikan khususnya di Indonesia selalu mengalami penyempurnaan yang nantinya akan menghasilkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas. Para pengelola pendidikan telah melakukan berbagai hal untuk memperoleh kualitas pendidikan yang baik dalam rangka meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Hal ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah segala faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, diantaranya adalah tingkat intelegensi, motivasi, minat, kemampuan awal dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal adalah segala faktor dari luar diri siswa yang dapat menambah semangat anak dalam belajar. Faktor tersebut meliputi lingkungan tempat tinggal anak, keadaan sosial ekonomi keluarga, kurikulum yang diterapkan dari sekolah, fasilitas belajar yang dimiliki, metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar dan lain sebagainya.
Berdasarkan fakta-fakta di lapangan, guru kelas III di Sekolah Dasar Negeri Tegal Alur 02 Pagi dalam mengajar sudah cukup bagus, hanya saja guru belum mampu untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam proses pembelajarannya. Sehingga proses pembelajaran masih bersifat informative, yaitu hanya mentransfer ilmu pengetahuan dariguru ke siswa, sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajarannya. Selain itu, penggunaan media yang sudah ada belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga mempengaruhi siswa dalam belajar yang akan berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar yang baik dapat ditunjang dengan berbagai faktor, antara lain motivasi belajar dan kemampuan guru dalam penerapan metode maupun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran IPA dapat dikatakan berhasil apabila guru mempunyai kemampuan dasar yang baik. Seorang guru dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu metode pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini juga bertujuan agar dapat mengurangi rasa jenuh pada siswa saat proses belajar mengajar. Cara mengajar yang mempergunakan teknik atau metode yang dilakukan secara tepat akan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berkaitan dengan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional dengan memperhatikan kurikulum terbaru.
Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum terbaru adalah metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning), di singkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Syaiful Sagala, 2006: 87). Dengan metode pembelajaran kontekstual, hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil, dimana siswa belajar mengkonstruksikan sendiri, karena diasumsikan dengan strategi dan pendekatan yang baik, maka akan memperoleh hasil yang baik pula.
Dengan pendekatan ini, diharapkan proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas III di SDN Tegal Alur 02 Pagi.



B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah hasil belajar IPA siswa kelas III di SDN Tegal Alur 02 Pagi?
2.      Apakah faktor penyebab kurangnya hasil belajar siswa SDN Tegal Alur 02 Pagi?
3.      Apa saja peranan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dala pembelajaran IPA?
4.      Apa saja faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA?

C.  Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, agar penelitian lebih jelas dan terarah maka peneliti membatasi masalah. Masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas III SDN Tegal ALur 02 Pagi?”
D.    Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPA melalui  pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas III SDN Tegal ALur 02 Pagi”.

E.  Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini  adalah :
1.      Menghasilkan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan hasil belajar IPA pada siswa Kelas III SDN Tegal Alur 02 Pagi Kecamatan Kalideres
2.      Mengetahui adanya peningkatan hasil belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas III SDN Tegal ALur 02 Pagi Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
3.      Meningkatkan keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan membawa peningkatan hasil belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual  pada siswa Kelas III SDN Tegal ALur 02 Pagi Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.


F.   Manfaat Penelitian
1.      Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidik sebagai acuan alternatif dalam pengembangan keilmuan untuk meningkatkan hasil belajar yang akan berujung pada pencapaian kompetensi yang diharapkan.
2.      Secara Praktis
a.       Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa
b.      Bagi Guru
Berguna untuk memperoleh pengetahuan baru tentang meningkatkan hasil  belajar melalui pendekatan kontekstual (CTL)
c.       Bagi Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas dan mutu sekolah melalui pendekatan kontekstual (CTL)


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori Tentang Masalah Yang dipecahkan
1.      Hakikat Belajar
1.1  Pengertian Belajar
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar. Baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Sesungguhnya sebagian besar dari aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada ruang dan waktu dimana manusia melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah berhenti. Belajar membuat perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dapat dikatakan secara psikologi, belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.[1]
Sedangkan menurut Hitzman dalam Muhibbin berpendapat bahwa Learning is a change in organism due to experience which can effect the organism behavior. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia dan hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.[2]
Bell Gredler menyatakan tentang pengertian belajar yang cukup komprehensif yaitu bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitudes. Ini berarti belajar merupakan sebuah proses yang dapat menghasilkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.[3]
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha dan perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan dalam dirinya dan akan memperoleh pengalaman baru dalam hidupnya.
1.2  Karakteristik Belajar
Berdasarkan pengertian belajar di atas, maka pada hakikatnya belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi tertentu berkat proses belajar yang menghasilkan sebuah pengalaman dan perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan, respon bawaan, kematangan atau keadaan temporer seseorang.
Dengan pengertian tersebut, maka belajar sesungguhnya memiliki karakterisktik tertentu : (1) Belajar berbeda dengan kematangan, bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan dan bukan karna belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku disebabkan oleh interaksi antara kematangan dan belajar. (2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental, Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi, disebabkan oleh terjadinya perubahan pada fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan berulang kali yang mengakibatkan badan menjadi lelah/letih. (3) Ciri belajar yang hasilnya menetap, belajar berlangsung dalam bentuk latihan dan pengalaman. Tingkah laku bersifat menetap sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

2.      Hakikat Hasil Belajar
2.1  Pengertian Hasil Belajar
Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar mengajar maka siswa telah memahamisuatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.
Menurut Crow and Crow dalam Sofyan mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Pemerolehan ini termasuk suatu cara baru melakukan sesuatu dan cara mengatasi masalah pada situasi baru.
Sedangkan menurut Skiner dalam teori Kondisioning yang dikutip Gladler dalam Ibrahim mengatakan bahwa hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya respon yang baru itu sama pengertiannya dengan tingkah laku (pengetahuan, sikap, keterampilan) yang baru.[4]
Dari beberapa definisi di atas bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan yang berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang diperoleh seseorang setelah melakukan proses kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian berpengaruh pada perilaku.
Dengan demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.[5]


 

Bagan 2.1 Proses Hasil Belajar
Dari bagan di atas mencerminkan hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar atau tes dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat bergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku individu yang besangkutan terhadap yang dipelajari.[6]
Pencapaian belajar atau hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya suatu program pengajaran. Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar merupakan langkah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan belajar mengajar (KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran telah dapat dicapai.
Jadi hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan pengetahuan integensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Tes bertujuan untuk membangkitkan motivasi siswa agar dapat mengorganisasikan pelajaran dengan baik.
3.      Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
3.1  Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Carin dan Sund “sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui eksperimen yang terkontrol”.[7] Abruscato dalam bukunya yang berjudul “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta.[8] Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas dapatlah ditarik pengertian secara singkat bahwa IPA atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa alam dan gejala-gejalanya melalui proses observasi.
3.2  Tujuan Pembelajaran IPA
Pada prinsipnya pembelajaran IPA di Sekolah Dasar membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan “cara mengerjakan” yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar, sedangkan tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah :
1)      Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA, 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3) pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-har. 4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 5) Menghargai alam sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

4.      Hakikat Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan. Hasil belajar akan diperoleh secara nyata dan dapat diamati apabila sering berlatih dan dialami sendiri oleh siswa.
IPA adalah proses berbagai gejala alam dengan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat, lengkap dengan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain tentang suatu sudut pandang yang baru tentang objek yang diamatinya
Hasil belajar IPA adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang berlangsung secara bertahap dan berjenjang untuk mendapatkan pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan yang diperoleh dengan cara berpikir logis dan sistematis dalam memahami gejala alam serta sikap ilmiah dalam menemukan fakta tentang gejala alamtersebut. Pengetahuan yang diperoleh akan bermanfaat bagi kehidupan atau pekerjaan peserta didik dikemudian hari, dapat melatih berpikir peserta didikmenjadi kritis dan logis, memiliki bekal keterampilan tentang ilmu IPA dengan penguasaan sikap ilmiah peserta didik sehingga dapat mengembangkan rasa percaya diri, tidak mudah putus asa, bertanggung jawab dan jujur.



B.     Kajian Teori dan Tindakan yang Akan Dilakukan
  1. Hakikat Pendekatan Kontekstual
1.1  Pengertian Pendekatan Kontekstual
Menurut Muslich (2007:41) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari[9].
Lebih lanjut Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. [10]
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar atau pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan antara materi pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan masalah yang  akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.



1.2  Karakteristik Pembelajaran Kontekstual- CTL (Contextual Teaching and Learning).
Komalasari (2010:13) mengidentifikasi karakteristik pembelajaran kontekstual meliputi pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan (relating), konsep pengalaman langsung (experience), konsep aplikasi (applying), konsep kerja sama (coorperating), konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep penilaian autentik (authentic assesment).[11]
Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mempunyai ciri khusus dalam pelaksanakannya meliputi:  learning in real life setting, meaningful learning, learning by doing, learning in group, learning to know each other deeply, leaning to ask, to inquiry, to work together, dan learning as an enjoy activity dengan berpedoman pada konsep keterkaitan (relating), konsep pengalaman langsung (experience), konsep aplikasi (applying), konsep kerja sama (coorperating), konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep penilaian autentik (authentic assesment) dalam penerapannya di kelas agar siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun warga negara.
1.3  Komponen Pembelajaran Kontekstual- CTL (Contextual Teaching and Learning).
Ada beberapa komponen dalam pembelajaran kontekstual. (Muslich, 2007:43) mengungkapkan komponen-komponen pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
1)   Konstruktivisme, membangun, dan membentuk (contructivism) adalah Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2)   Bertanya (questioning), adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.
3)   Menyelidiki, menemukan sendiri (inquiry), adalah kegiatan belajar yang mengondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang dihadapi sehingga siswa berhasil “menemukan” sesuatu.
4)   Masyarakat belajar (learning community), adalah kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga siswa bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu dengan teman yang lain.
5)   Pemodelan (modeling), adalah kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya.
6)   Refleksi atau umpan balik (reflection), yaitu kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan  balik dalam bentuk bertanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.
7)   Penilaian yang sesungguhnya (authentic assesment), yaitu kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.[12]

C.    Kerangka Berpikir ( Hubungan Masalah Yang Akan Dipecahkan Dengan Tindakan Yang Akan Dilakukan)
Pendekatan kontektual membuat pembelajaran lebih bermakna karena menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi melalui pengalamannya secara langsung dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Proses pembelajaran tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar karena lingkungan yang diciptakan berpusat pada siswa yang membuat pembelajaran lebih bermakna dan tertanam erat dalam memori sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

D.    Hipotesis
Menurut Arikunto (2006: 71), hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “Melalui Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Tegal Alur 02 Pagi, Kecamatan Kalideres.




[1] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 63
[2] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 27
[3] Udin S. winataputra, Teori Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.1.5
[4] Nurdin Ibrahim, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas Hasil Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , No. 044 Tahun Ke-9, September 2003, h. 735
[5] Usman Melayu, Hakikat Minat dan Hasil Belajar, Berita STMT Trisakti, Edisi 084, Januari 1999, h. 55
[6] Ibid.
[7] Muslichach Asy’ari, log.cit.
[8] Ibid.
[9] Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual; Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengurus Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
[10] Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama
[11] Ibid
[12] Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 17-20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar