PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS III
SDN TEGAL ALUR 02 PAGI KECAMATAN KALIDERES
Disusun Oleh :
INDAH PURNAMASARI
0901045202
PROGRAM STUDY PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PROF.DR. HAMKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan
merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan menentukan dalam
meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu bidang
pendidikan perlu dan harus mendapatkan perhatian dan prioritas utama oleh
pemerintah dan masyarakat pada umumnya serta pengelola pendidikan pada
khususnya.
Proses
pendidikan khususnya di Indonesia selalu mengalami penyempurnaan yang nantinya
akan menghasilkan suatu hasil pendidikan yang berkualitas. Para pengelola
pendidikan telah melakukan berbagai hal untuk memperoleh kualitas pendidikan
yang baik dalam rangka meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Hal ini
merupakan langkah awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dibagi menjadi dua
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah segala
faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, diantaranya adalah
tingkat intelegensi, motivasi, minat, kemampuan awal dan lain-lain. Sedangkan
faktor eksternal adalah segala faktor dari luar diri siswa yang dapat menambah
semangat anak dalam belajar. Faktor tersebut meliputi lingkungan tempat tinggal
anak, keadaan sosial ekonomi keluarga, kurikulum yang diterapkan dari sekolah,
fasilitas belajar yang dimiliki, metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar
dan lain sebagainya.
Berdasarkan fakta-fakta di lapangan, guru kelas III
di Sekolah Dasar Negeri Tegal Alur 02 Pagi dalam mengajar sudah cukup bagus,
hanya saja guru belum mampu untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan baru
dalam proses pembelajarannya. Sehingga proses pembelajaran masih bersifat
informative, yaitu hanya mentransfer ilmu pengetahuan dariguru ke siswa,
sehingga siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajarannya. Selain
itu, penggunaan media yang sudah ada belum dimanfaatkan secara maksimal
sehingga mempengaruhi siswa dalam belajar yang akan berdampak pada menurunnya
hasil belajar siswa.
Hasil belajar yang baik dapat ditunjang dengan
berbagai faktor, antara lain motivasi belajar dan kemampuan guru dalam
penerapan metode maupun pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran IPA dapat dikatakan berhasil apabila guru mempunyai kemampuan
dasar yang baik. Seorang guru dituntut untuk memahami dan mengembangkan suatu
metode pengajaran di dalam kelas untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal
ini juga bertujuan agar dapat mengurangi rasa jenuh pada siswa saat proses
belajar mengajar. Cara mengajar yang mempergunakan teknik atau metode yang
dilakukan secara tepat akan meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini berkaitan dengan upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan nasional dengan memperhatikan kurikulum terbaru.
Salah
satu metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum terbaru adalah metode
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning), di singkat menjadi CTL merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Syaiful Sagala, 2006: 87). Dengan metode pembelajaran kontekstual,
hasil belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih
dipentingkan dari pada hasil, dimana siswa belajar mengkonstruksikan sendiri,
karena diasumsikan dengan strategi dan pendekatan yang baik, maka akan
memperoleh hasil yang baik pula.
Dengan pendekatan ini, diharapkan proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Berdasarkan hal
tersebut, penulis melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan
hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada siswa kelas III di SDN Tegal
Alur 02 Pagi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah
hasil belajar IPA siswa kelas III di SDN Tegal Alur 02 Pagi?
2. Apakah
faktor penyebab kurangnya hasil belajar siswa SDN Tegal Alur 02 Pagi?
3. Apa
saja peranan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dala pembelajaran IPA?
4. Apa
saja faktor-faktor yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA?
C. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, agar penelitian lebih jelas
dan terarah maka peneliti membatasi masalah. Masalah yang akan diteliti adalah
“Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada
siswa kelas III SDN Tegal ALur 02 Pagi?”
D.
Perumusan
Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
“Bagaimana
meningkatkan hasil belajar IPA melalui
pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) pada siswa kelas III SDN Tegal ALur 02 Pagi”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian
ini adalah :
1.
Menghasilkan
model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan hasil belajar IPA
pada siswa Kelas III SDN Tegal Alur 02 Pagi Kecamatan Kalideres
2.
Mengetahui
adanya peningkatan hasil belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual pada
siswa Kelas III SDN Tegal ALur 02 Pagi Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
3.
Meningkatkan
keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan membawa peningkatan hasil
belajar melalui impelementasi pendekatan konstektual pada siswa Kelas III SDN Tegal ALur 02 Pagi
Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
F.
Manfaat
Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pendidik sebagai acuan alternatif
dalam pengembangan keilmuan untuk meningkatkan hasil belajar yang akan berujung
pada pencapaian kompetensi yang diharapkan.
2. Secara Praktis
a. Bagi
Siswa
Meningkatkan hasil
belajar siswa
b. Bagi
Guru
Berguna untuk
memperoleh pengetahuan baru tentang meningkatkan hasil belajar melalui pendekatan kontekstual (CTL)
c. Bagi
Sekolah
Dapat meningkatkan kualitas dan
mutu sekolah melalui pendekatan kontekstual (CTL)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori Tentang Masalah Yang dipecahkan
1. Hakikat
Belajar
1.1 Pengertian
Belajar
Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak
pernah terlepas dari kegiatan belajar. Baik ketika seseorang melaksanakan
aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Sesungguhnya
sebagian besar dari aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan
kegiatan belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada ruang dan
waktu dimana manusia melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti
pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena
perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah
berhenti. Belajar membuat perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
dan interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dapat dikatakan secara psikologi, belajar merupakan
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.[1]
Sedangkan
menurut Hitzman dalam Muhibbin berpendapat bahwa Learning is a change in
organism due to experience which can effect the organism behavior. Belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia dan hewan
disebabkan oleh pengalaman
yang
dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.[2]
Bell Gredler
menyatakan tentang pengertian belajar yang cukup komprehensif yaitu bahwa
belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam
competencies, skills, and attitudes.
Ini berarti belajar merupakan sebuah proses yang dapat menghasilkan aneka ragam
kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) yang dilakukan secara
bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat.[3]
Dari beberapa
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha dan
perbuatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar akan memperoleh perubahan
dalam dirinya dan akan memperoleh pengalaman baru
dalam hidupnya.
1.2 Karakteristik Belajar
Berdasarkan pengertian belajar di atas, maka pada hakikatnya
belajar menunjuk ke perubahan dalam tingkah laku si subjek dalam situasi
tertentu berkat proses belajar yang menghasilkan sebuah pengalaman dan
perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar
kecenderungan, respon bawaan, kematangan atau keadaan temporer seseorang.
Dengan pengertian tersebut, maka belajar sesungguhnya
memiliki karakterisktik tertentu : (1) Belajar berbeda dengan kematangan, bila
serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari
latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan dan
bukan karna belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku disebabkan oleh interaksi
antara kematangan dan belajar. (2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan
mental, Perubahan tingkah laku juga dapat terjadi, disebabkan oleh terjadinya
perubahan pada fisik dan mental karena melakukan suatu perbuatan berulang kali
yang mengakibatkan badan menjadi lelah/letih. (3) Ciri belajar yang hasilnya
menetap, belajar berlangsung dalam bentuk latihan dan pengalaman. Tingkah laku
bersifat menetap sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
2.
Hakikat Hasil Belajar
2.1 Pengertian Hasil
Belajar
Dalam
melakukan kegiatan belajar terjadi proses berpikir yang melibatkan kegiatan
mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga
timbul suatu pemahaman dan penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan
adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui proses belajar
mengajar maka siswa telah memahamisuatu perubahan dari yang tidak diketahui
menjadi diketahui. Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar.
Menurut
Crow and Crow dalam Sofyan mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perolehan
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Pemerolehan ini termasuk suatu cara
baru melakukan sesuatu dan cara mengatasi masalah pada situasi baru.
Sedangkan
menurut Skiner dalam teori Kondisioning yang dikutip Gladler dalam Ibrahim
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya
respon yang baru itu sama pengertiannya dengan tingkah laku (pengetahuan,
sikap, keterampilan) yang baru.[4]
Dari
beberapa definisi di atas bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan yang
berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan dan sikap yang diperoleh seseorang
setelah melakukan proses kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan peristiwa
yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di diri seseorang.
Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian
berpengaruh pada perilaku.
Dengan
demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap
sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada
akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel.[5]
Bagan
2.1 Proses Hasil Belajar
Dari
bagan di atas mencerminkan hasil belajar diakibatkan oleh adanya kegiatan
evaluasi belajar atau tes dan evaluasi belajar dilakukan karena adanya kegiatan
belajar. Baik buruknya hasil belajar sangat bergantung dari pengetahuan dan
perubahan perilaku individu yang besangkutan terhadap yang dipelajari.[6]
Pencapaian
belajar atau hasil belajar diperoleh setelah dilaksanakannya
suatu
program pengajaran. Penilaian atau evaluasi pencapaian hasil belajar
merupakan
langkah untuk mengetahui seberapa jauh tujuan kegiatan belajar
mengajar
(KBM) suatu bidang studi atau mata pelajaran telah dapat dicapai.
Jadi
hasil belajar yang dilihat dari tes hasil belajar berupa keterampilan
pengetahuan
integensi, kemampuan dan bakat individu yang diperoleh di sekolah biasanya
dicerminkan dalam bentuk nilai-nilai tertentu. Tes bertujuan
untuk
membangkitkan motivasi siswa agar dapat mengorganisasikan pelajaran
dengan
baik.
3.
Hakikat
Ilmu Pengetahuan Alam
3.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar (SD). IPA merupakan
konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan
kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan
juga perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan
lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Carin
dan Sund “sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui
eksperimen yang terkontrol”.[7]
Abruscato dalam bukunya yang berjudul “Teaching
Children Science” mendefinisikan tentang sains sebagai pengetahuan yang diperoleh
lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang
berkaitan dengan alam semesta.[8]
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan di atas dapatlah ditarik
pengertian secara singkat bahwa IPA atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari peristiwa alam dan gejala-gejalanya melalui proses observasi.
3.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Pada prinsipnya
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk
“mengetahui” dan “cara mengerjakan” yang dapat membantu siswa dalam memahami
alam sekitar, sedangkan tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah :
1) Menanamkan
rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap IPA, 2) Mengembangkan keterampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan. 3) pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan
bermanfaat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-har. 4) Ikut serta dalam
memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 5) Menghargai alam
sekitar dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
4.
Hakikat
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh
siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan. Hasil belajar akan diperoleh
secara nyata dan dapat diamati
apabila sering berlatih dan dialami sendiri oleh siswa.
IPA adalah proses
berbagai gejala alam dengan cara tertentu yang sifatnya analisis, cermat,
lengkap dengan menghubungkan gejala alam yang satu dengan gejala alam yang lain
tentang suatu sudut pandang yang baru tentang objek yang diamatinya
Hasil belajar IPA
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang
berlangsung secara bertahap dan berjenjang untuk mendapatkan pengetahuan
melalui interaksi dengan lingkungan yang diperoleh dengan cara berpikir logis
dan sistematis dalam memahami gejala alam serta sikap ilmiah dalam menemukan
fakta tentang gejala alamtersebut. Pengetahuan yang diperoleh akan bermanfaat
bagi kehidupan atau pekerjaan peserta didik dikemudian hari, dapat melatih
berpikir peserta didikmenjadi kritis dan logis, memiliki bekal keterampilan
tentang ilmu IPA dengan penguasaan sikap ilmiah peserta didik sehingga dapat
mengembangkan rasa percaya diri, tidak mudah putus asa, bertanggung jawab dan
jujur.
B.
Kajian Teori dan
Tindakan yang Akan Dilakukan
- Hakikat Pendekatan Kontekstual
1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual
Menurut
Muslich (2007:41) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari[9].
Lebih
lanjut Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi
tersebut bagi kehidupannya. [10]
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep
belajar atau pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru
dalam mengaitkan antara materi pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan
kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat
maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi
kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan
masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual- CTL (Contextual
Teaching and Learning).
Komalasari
(2010:13) mengidentifikasi karakteristik pembelajaran kontekstual meliputi
pembelajaran yang menerapkan konsep keterkaitan (relating), konsep
pengalaman langsung (experience), konsep aplikasi (applying),
konsep kerja sama (coorperating), konsep pengaturan diri (self-regulating),
dan konsep penilaian autentik (authentic assesment).[11]
Berdasarkan pendapat di
atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang mempunyai ciri khusus dalam pelaksanakannya meliputi: learning
in real life setting, meaningful learning, learning by doing, learning
in group, learning to know each other deeply, leaning to ask, to inquiry, to
work together, dan learning as an enjoy activity dengan berpedoman
pada konsep keterkaitan (relating), konsep pengalaman langsung (experience),
konsep aplikasi (applying), konsep kerja sama (coorperating),
konsep pengaturan diri (self-regulating), dan konsep penilaian autentik
(authentic assesment) dalam penerapannya di kelas agar siswa mampu
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun
warga negara.
1.3
Komponen Pembelajaran
Kontekstual- CTL (Contextual Teaching and Learning).
Ada
beberapa komponen dalam pembelajaran kontekstual. (Muslich, 2007:43)
mengungkapkan komponen-komponen pembelajaran kontekstual adalah sebagai
berikut.
1) Konstruktivisme,
membangun, dan membentuk (contructivism) adalah Kegiatan yang
mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa
bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya.
2) Bertanya (questioning),
adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya
tentang topik atau permasalahan yang akan dipelajari.
3) Menyelidiki, menemukan
sendiri (inquiry), adalah kegiatan belajar yang mengondisikan siswa
untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau permasalahan yang
dihadapi sehingga siswa berhasil “menemukan” sesuatu.
4) Masyarakat belajar (learning
community), adalah kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar
bersama atau berkelompok sehingga siswa bisa berdiskusi, curah pendapat,
bekerja sama, dan saling membantu dengan teman yang lain.
5) Pemodelan (modeling),
adalah kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan
atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan,
penampilan hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu, dan sebagainya.
6) Refleksi atau umpan
balik (reflection), yaitu kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau
umpan balik dalam bentuk bertanya jawab dengan siswa tentang kesulitan
yang dihadapi dan pemecahannya, merekonstruksi kegiatan yang telah dilakukan,
kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa.
7) Penilaian yang sesungguhnya (authentic assesment), yaitu
kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi
siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.[12]
C. Kerangka
Berpikir ( Hubungan Masalah Yang Akan Dipecahkan Dengan Tindakan Yang Akan
Dilakukan)
Pendekatan kontektual membuat pembelajaran lebih bermakna
karena menekankan proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi melalui
pengalamannya secara langsung dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya dan
menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Proses pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar karena lingkungan yang
diciptakan berpusat pada siswa yang membuat pembelajaran lebih bermakna dan
tertanam erat dalam memori sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
D. Hipotesis
Menurut
Arikunto (2006: 71), hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan
kerangka berpikir diatas, maka hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut “Melalui Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching
Learning) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Tegal Alur
02 Pagi, Kecamatan Kalideres.
[1]
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 63
[2] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta:
Bumi Aksara, 2001), h. 27
[3]
Udin S. winataputra, Teori Belajar dan
pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.1.5
[4] Nurdin Ibrahim, Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas Hasil
Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan , No. 044 Tahun Ke-9,
September 2003, h. 735
[5] Usman Melayu, Hakikat
Minat dan Hasil Belajar, Berita STMT Trisakti, Edisi 084, Januari 1999,
h. 55
[6] Ibid.
[7]
Muslichach Asy’ari, log.cit.
[8]
Ibid.
[9] Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual; Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengurus Sekolah.
Jakarta: Bumi Aksara
[10]
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual; Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama
[11]
Ibid
[12]
Sugiyanto, Model-model Pembelajaran Inovatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010),
h. 17-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar