PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah
Pedagogik Transformatif
Dosen Mata Kuliah :
Dr. Istariningtyas, M.Pd
Disusun Oleh :
Indah Purnamasari
0901045202
Prodi
/ Kelas : PGSD / VI E
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
Jl. Tanah Merdeka, Ps. Rebo. Jakarta Timur
2012
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
A. Hakikat Mutu Pendidikan
Sebelum
membahas tentang mutu pendidikan terlebih dahulu akan dibahas tentang mutu
dan pendidikan. Banyak ahli yang mengemukakan tentang mutu, seperti yang
dikemukakan oleh Edward Sallis (2006 : 33 )
mutu adalah Sebuah filsosofis dan metodologis yang membantuinstitusi untuk
merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan
eksternal yang berlebihan. Sudarwan Danim (2007 : 53 ) mutu mengandung makna derajat keunggulan suatu poduk atau hasil kerja,
baik berupa barang dan jasa. Sedangkan dalam dunia pendidikan barang dan jasa
itu bermakna dapat dilihat dan tidak dapat dilihat, tetapi dan dapat dirasakan. Sedangkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1991 :677 )menyatakan
Mutu adalah (ukuran ), baik buruk suatu benda;taraf atau derajat
(kepandaian,kecerdasan, dsb) kualitas. Selanjutnya
Lalu Sumayang ( 2003 : 322) menyatakan quality
(mutu ) adalah tingkat dimana rancangan spesifikasi
sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan fungsi dan penggunannya, disamping
itu quality adalah tingkat di mana sebuah produk barang dan jasa sesuai dengan rancangan
spesifikasinya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulan bahwa mutu quality ) adalah sebuah filsosofis dan
metodologis, tentang (ukuran ) dan tingkat baik buruk suatu benda, yang membantu
institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda rancangan spesifikasi sebuah produk barang dan jasa sesuai
dengan fungsi dan penggunannya agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan
eksternal yang berlebihan.
Dalam pandangan Zamroni ( 2007
: 2 ) dikatakan bahwa peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang terus-menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan
faktor-faktor yang berkaitan dengan itu, dengan tujuan agar menjadi target sekolah dapat dicapai dengan lebih
efektif dan efisien. Peningkatan mutu
berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor
yang terkait. Dalam peningkatan mutu ada dua aspek yang perlu mendapat perhatian,
yakni aspek kualitas hasil dan aspek proses mencapai hasil tersebut.
Mutu sekolah ditentukan oleh tiga variabel, yakni kultur sekolah, proses
belajar-mengajar, dan realitas sekolah. Kultur sekolah
merupakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, slogan-slogan, dan
berbagai perilaku yang telah lama terbentuk di sekolah dan diteruskan dari satu angkatan ke angkatan berikutnya,
baik secara sadar maupun tidak. Kultur ini diyakini mempengaruhi
perilaku seluruh komponen sekolah, yaitu : guru, kepala sekolah, staf administrasi,
siswa, dan juga orang tua siswa. Kultur yang kondusif bagi peningkatan mutu akan mendorong
perilaku warga kearah peningkatan mutu sekolah, sebaliknya kultur yang tidak
kondusif akan menghambat upaya menuju peningkatan mutu sekolah.
B. Faktor-Faktor
Dominan dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim ( 2007 : 56 ), yaitu dengan
melibatkan lima faktor yang dominan :
1. Kepemimpinan
Kepala sekolah
Kepala sekolah
harus memiliki dan memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau
bekerja keras, mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja, memberikan layanan yang
optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
2. Siswa
Pendekatan
yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat “sehingga kompetensi dan
kemampuan siswa dapat digali, sehingga sekolah dapatmenginventarisir kekuatan yang ada pada siswa .
3.
Guru
Pelibatan guru
secara maksimal , dengan meningkatkan kompetensi dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar,
MGMP, loka karya serta pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut
diterapkan disekolah.
4. Kurikulum
Adanya kurikulum yang ajeg / tetap
tetapi dinamis , dapat memungkinkan dan
memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga goals (tujuan ) dapat dicapai
secara maksimal
5. Jaringan Kerjasama
Jaringan
kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata
(orang tua dan masyarakat ) tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan /
instansi sehingga output dari sekolah dapat terserap didalam dunia kerja.
Berdasarkan pendapat diatas, perubahan paradigma harus dilakukan secara
bersama-sama antara
pimpinan dan karyawan sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi yang sama yaitu menciptakan mutu dilingkungan kerja
khususnya lingkungan kerja pendidikan. Pimpinan
dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork ) yang saling
membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals ) akan tercipta dengan baik.
C. Unsur-unsur yang terlibat dalam
Peningkatan Mutu Pembelajaran di sekolah
Unsur yang terlibat dalam peningkatan
mutu pendidikan dapat lihat dari sudut pandang makro dan mikro pendidikan,
seperti yang dijabarkan di bawah ini :
1. Pendekatan Mikro Pendidikan :
Yaitu suatu pendekatan terhadap
pendidikan dengan indicator kajiannya dilihat dari hubungan antara elemen
peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Secara
lengkap elemen mikro sebagai berikut :
§ Kualitas manajemen
§ Pemberdayaan satuan pendidikan
§ Profesionalisme dan ketenagaan
§ Relevansi dan kebutuhan.
Berdasarkan tinjauan mikro elemen guru dan siswa yang
merupakan bagian dari pemberdayaan satuan pendidikan merupakan elemen sentral.
Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai tujuan, dan untuk mencapai
tujuan ini ada berbagai sumber dan kendala, dengan memperhatikan sumber dan
kendala ditetapkan bahan pengajaran dan diusahakan berlangsungnya proses untuk
mencapai tujuan. Proses ini menampilkan hasil belajar. hasil belajar perlu
dinilai dan dari hasil penilaian dapat merupakan umpan balik sebagai bahan
masukan dan pijakan.
2. Pendekatan Makro Pendidikan ;
Yaitu kajian pendidikan dengan
elemen yang lebih luas dengan elemen sebagai berikut:
§ Standarisasi pengembangan kurikulum
§ Pemerataan dan persamaan, serta
keadilan
§ Standar mutu
§ Kemampuan bersaing.
Tinjauan makro pendidikan menyangkut berbagai hal yang
digambarkan dalam dua bagan ( P.H Coombs, 1968 ) dalam Etty Rochaety, dkk (2005
: 8 ) bahwa pendekatan makro pendidikan melalui jalur pertama yaitu INPUT
SUMBER – PROSES PENDIDIKAN – HASIL PENDIDIKAN.
D. Strategi
Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah
Secara
umum untuk meingkatkan mutu pendidikan harus diawali dengan strategi
peningkatan pemerataan pendidikan, dimana unsure makro dan mikro pendidikan
ikut terlibat, untuk menciptakan (Equality dan Equity ) ,
mengutip pendapat Indra Djati Sidi ( 2001 : 73 ) bahwa pemerataan pendidikan
harus mengambil langkah sebagai berikut :
1. Pemerintah menanggung biaya minimum
pendidikan yang diperlukan anak usia sekolah baik negeri maupun swasta yang
diberikan secara individual kepada siswa.
2. Optimalisasi sumber daya pendidikan
yang sudah tersedia, antara lain melalui double shift ( contoh pemberdayaan SMP
terbuka dan kelas Jauh )
3. Memberdayakan sekolah-sekolah swasta
melalui bantuan dan subsidi dalam rangka peningkatan mutu embelajaran siswa dan
optimalisasi daya tampung yang tersedia.
4. Melanjutkan pembangunan Unit Sekolah
Baru (USB ) dan Ruang Kelas Baru (RKB ) bagi daerah-daerah yang membutuhkan
dengan memperhatikan peta pendidiakn di tiap –tiap daerah sehingga tidak
mengggangu keberadaan sekolah swasta.
5. Memberikan perhatian khusus bagi
anak usia sekolah dari keluarga miskin, masyarakat terpencil, masyarakat
terisolasi, dan daerah kumuh.
6. Meningkatkan partisipasi anggota
masyarakat dan pemerintah daerah untuk ikut serta mengangani penuntansan wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Sedangkan
peningkatan mutu sekolah secara umum dapat diambil satu strategi dengan
membangun Akuntabilitas pendidikan dengan pola kepemimpinan , seperti
kepemimpinan sekolah Kaizen ( Sudarwan Danim, 2007 : 225 ) yang
menyarankan :
1. Untuk memperkuat tim-tim sebagai
bahan pembangun yang fundamental dalam struktur perusahaan
2. Menggabungkan aspek –aspek positif
individual dengan berbagai manfaat dari konsumen
3. Berfokus pada detaiol dalam
mengimplementasikan gambaran besar tentang perusahaan
4. Menerima tanggung jawab pribadi
untuk selalu mengidentifikasikan akar menyebab masalah
5. Membangun hubungan antarpribadi yang
kuat
6. Menjaga agar pemikiran tetap terbuka
terhadap kritik dan nasihat yang konstruktif
7. Memelihara sikap yang progresif dan
berpandangan ke masa depan
8. Bangga dan menghargai prestasi kerja
9. Bersedia menerima tanggung jawab dan
mengikuti pelatihan
E.
LANGKAH-LANGKAH
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Upaya
perbaikan pada lembaga pendidikan tidak sederhana yang dipikirkan karena butuh
perbaikan yang berkelanjutan, berikut ini langkah-langkah dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
1. Memperkuat Kurikulum
Kurikulum
adalah instrumen pendidikan yang sangat penting dan strategis dalam menata
pengalaman belajar siswa, dalam meletakkan landasan-landasan pengetahuan, nilai,
keterampilan,dan keahlian, dan dalam membentuk atribut kapasitas yang
diperlukan untuk menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi. Saat ini,
memang telah dilakukan upaya-upaya untuk semakin meningkatkan relevansi
kurikulum dengan melakukan revisi dan uji coba kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). Kurikulum uji coba tersebut didasarkan pada pendekatan yaitu: (1)
Pengasaan aspek kognitif dalam bentuk kemampuan, (2) penguasaan aspek afektif
yang lebih komprehensif, dan (3) penguasaan aspek keterampilan dalam bentuk
kapasitas profesional. Kompetensi itu hendaknya dapat membentuk suatu kapasitas
yang utuh dan komprehensif sehingga tidak diredusir menjadi keterampilan siap
pakai. Michael, (2002), Charles quengly (2000) mengemukakan kompetensi yang berada
dalam suatu keutuhan dan komprehensif dengan kapasitas lainnya. Kompetensi
mensyaratkan tiga elemen dasar yaitu basic, knowledge, skill ( intellectual
skill, participation skill), and disposition. Melalui proses pembelajaran
yang efektif, dari tiga elemen dasar ini dapat dibentuk kompetensi dan komitmen
untuk setiap keputusan yang diambil. Kapasitas ini harus menjadi muatan utama
kurikulum dan menjadi landasan bagi pengembangan proses pembelajaran dalam
rangka pembentukan kompetensi.
2. Memperkuat Kapasitas Manajemen
Sekolah
Dewasa ini
telah banyak digunakan model-model dan prinsip-prinsip manajemen modern
terutama dalam dunia bisnis untuk kemudian diadopsi dalam dunia pendidikan.
Salah satu model yang diadopsi dalam dunia pendidikan. Salah satu model yang
diadopsi adalah . School Based Management. Dalam rangka desentralisasi
di bidang pendidikan, model ini mulai dikembangkan untuk diterapkan. Diproposisikan
bahwa manajemen berbasis sekolah (MBS) : (1) akan memperkuat rujukan referensi
nilai yang dianggap strategis dalam arti memperkuat relevansi, (2) memperkuat
partisipasi masyarakat dalam keseluruhan Kegiatan pendidikan, (3) memperkuat
preferensi nilai pada kemandirian dan kreativitas baik individu maupun
kelembagaan, dan (4) memperkuat dan mempertinggi kebermaknaan fungsi
kelembagaan sekolah.
3. Memperkuat Sumber Daya Tenaga
Kependidikan
a.
Memperkuat Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan
Dalam jangka panjang, agenda utama
upaya memperkuat sumber daya tenaga kependidikan ialah dengan memperkuat sistem
pendidikan dan tenaga kependidikan yang memiliki keahlian. Keahlian baru itu
adalah modal manusia (human investmen), dan memerlukan perubahan dalam sistem
pembelajarannya. Menurut Thurow (sularso,2002), di abad ke-21 perolehan
keahlian itu memerlukan perubahan dalam sistem pembelajaran karena alasan: (1)
keahlian yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan akan semakin tinggi dan
berubah sangat cepat, (2) Keahlian yang diperlukan sangat tergantung pada
teknlogi dan inovasi baru, maka banyak dari keahlian itu harus dikembangkan dan
dilatih melalui pelatihan dalam pekerjaan, dan (3) kebutuhan akan keahlian itu
didasarkan pada keahlian individu.
b.
Memperkuat Kepemimpinan
Dalam fondasi berbagai karakteristik
pribadi, pimpinan lembaga pendidikan perlu menciptakan visi untuk mengarahkan
lembaga pendidikan dan karyawannya. Dalam konteks ini, penciptaan visi yang
jelas akan menumbuhkan komitmen karyawan terhadap kwalitas, memfokuskan semua
upaya lembaga pendidikan pada rumusan kebutuhan pengguna jasa pendidikan,
menumbuhkan sense of team work dalam pekerjaan, menumbuhkan standard of
excellence, dan menjebatani keadaan lembaga pendidikan sekarang dan masa
yang akan datang.
c.
Meningkatkan Mutu Mengajar Melalui Program Inovatif Berbasis Kompetensi
Selama ini sekolah terutama guru
masih sangat terbatas dalam melakukan inovasi-inovasi pembelajaran. Disisi
lain, upaya untuk memperkuat kemampuan mengajar telah diupayakan melalui
berbagai jenis penataran, pendidikan, ataupun pelatihan-pelatihan. Melalui
berbagai kegiatan tersebut dikenalkan pada inovasi-inovasi pembelajaran. Tetapi
dari pengalaman empirik tampaknya upaya-upaya itu belum secara signifikan
membawa perubahan dalam arti peningkatan mutu hasil belajar. Pengembangan bahan
ajar, pengembangan strategi dan metode pembelajaran, pengembangan sistem
evaluasi, dan pengembangan MBS. Kebutuhan akan inovasi itu dapat dilihat dalam
dua hal yaitu untuk kepentingan inventions dan untuk kepentingan perubahan
kultural sekolah, sehingga terbangun suatu kultur yang (1) berorientasi inovasi,
(2) menumbuhkan kebutuhan untuk terus maju dan meningkat, (3) kebutuhan untuk
berprestasi, (4) inovasi adalah sebagai suatu kebutuhan.
d.
Mengoptimalkan Fungsi-Fungsi Tenaga Kependidikan
Di sekolah-sekolah selama ini yang
berperan utama adalah guru. Seorang guru melaksanakan berbagai fungsi baik
fungsi mengajar, konselor, teknisi, maupun pustakawan. Bahkan, dalam
kasus-kasus tertentu terdapat guru mengajar bukan berdasarkan keahliannya.
Kondisi ini jelas kurang menguntungkan bagi terselenggaranya suatu proses
pendidikan yang baik diperlukan fungsi-fungsi kependidikan yang saling
mendukung, sehingga dapat dicapai suatu hasil yang maksimal.
4.
Perbaikan yang berkesinambungan
Perbaikan
yang berkesinambungan berkaitan dengan komitmen (Continuos quality Improvement
atau CQI) dan proses Continuous pross Improvement. Komitmen terhadap
kualitas dimulai dengan pernyataan dedikasi pada misi dan visi bersama, serta
pembedayaan semua persiapan untuk secara inkrimental mewujudkan visi tersebut
(Lewis dan smith, 1994). Perbaikan yang berkesinambungan tergantung kepada dua
unsur. Pertama, mempelajari proses, alat, dan keterampilan yang tepat. Kedua,
menerapkan keterampilan baru small achieveable project. Proses perbaian
berkesinambungan yang dapat dilakukan berdasarkan siklus PDCA Plan, Do,
Check, Action. Siklus ini merupakan siklus perbaikan yang never
ending, dan berlaku pada semua fase organisasi/lembaga.
5. Manajemen berdasarkan fakta
Pengambilan
keputusan harus didasarkan pada fakta yang nyata tentang kualitas yang
didapatkan dari berbagai sumber diseluruh jajaran organisasi. Jadi, tidak
semata-mata atas dasar intuisi, praduga, atau organizational politik. Berbagai
alat telah dirancang dan dikembangkan untuk mendukung pengumpulan dan analisis
data, serta pengambilan keputusan berdasarkan fakta.
Sebenarnya
banyak sekali aspek yang turut menentukan mutu pendidikan di sekolah. Edward
sallis (1993:2) mengemukakan bahwa yang menentuan mutu pendidikan mencakup
aspek-aspek berikut: pembinaan yang berkelanjutan, guru yang profesional,
nilai-nilai moral yang luhur, hasil ujian ynag gemilang, dukungan orang tua,
komunitas bisnis dan komunitas lokal, kepemimpinan yang tangguh dan berarah
tujuan, kepedulian dan pehatian pada anak didik, kurikulum yang seimbang, atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Dari
sejumlah aspek yang dikemukakan diatas, satu hal yang paling menentukan adalah
bagaimana menjalankan manajemen mutu pendidikan itu sendiri Menurut W. Edward
deming 80% dari masalah mutu lebih disebabkan oleh manajemen, dan sisanya 20%
oleh SDM. Hal ini berarti bahwa mutu yang kurang optimal berawal dari manajemen
yang tidak profesional dan manajemen yang tidak profsional artinya mencerminkan
kepemimpinan dan kebijakan yang tidak profesional pula.
Sejalan
dengan konsep itu, dirjen dikdasmen depdiknas (1991:11) menetapkan bahwa ukuran
mutu pendidikan disekolah mengacu pada derajad keunggulan setiap komponennya,
bersifat relatif, dan selalu ada dalam perbandingan. Ukuran sekolah yang baik
bukan semata-mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan yang di
milikinya, melainkan diukur dari kemampuan sekolah dalam mengantsipasi
perubahan, konfik, serta kekurangan atau kelemahan yang ada dalam sekolah tersebut
(dengan menggunakan analisis SWOT).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar